Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu telah banyak mengubah bentuk bisnis secara umum. Istilah re-adjusting, re-maping, dan re-structuring masing-masing bentuk dan strategi menjadi agenda besar hampir seluruh entitas bisnis. Tujuannya jelas, agar tetap bertahan. Pada saat yang bersamaan juga agar tetap kompetitif dan tangkas.
Dengan menggunakan konsep analisis 3C (competencies, capabilities, dan competitiveness), kerangka internal sebuah entitas bisnis dapat dibangun. Hal ini penting sehingga sebuah bisnis dapat menuju keberlanjutan (sustainable) terutama di era digital seperti saat ini. Komponen-komponen dalam 3C sepatutnya dimiliki oleh seluruh bisnis. Pendekatan ini berguna ketika sebuah entitas bisnis berhadapan langsung dengan game-changing crisis di masa depan persis seperti akibat Covid-19.
Terdapat enam langkah yang dapat dilakukan entitas bisnis untuk tetap kompetitif, menuju keberlanjutan, sekaligus tetap tangkas, yaitu:
- melihat kondisi eksternal dan memahami persis keadaan dan lingkungan sekitarnya baik yang bersifat lokal, global, maupun keindustrian
- secara teknis, melihat dan memahami kebutuhan teknologi yang penting
- melihat dan mengevaluasi kemampuan internal dalam menjalankan operasi
- melakukan brainstorming dan menginvestigasi seluruh kemungkinan langkah dan cara untuk mencapai tujuan
- menentukan posisi strategis yang selaras dengan Strategic Change Matrix
- membuat strategi bisnis dengan orientasi keberlanjutan jangka panjang
Konsep analisis dengan 3C ini dapat dipadupadankan dengan alat analisis strategi lain seperti Porter’s Five Forces atau Strategic Change Matrix (SCM).
Strategic Change Matrix (SCM) merupakan konsep yang saat ini dinilai lebih efisien, efektif, dan terintegrasi. Alat ini menawarkan peta secara visual dalam bentuk matriks tentang kondisi perusahaan yang dapat diinterpretasikan dengan cepat. Bahkan ketika dihadapkan pada situasi sulit, perusahaan masih dapat memetakan ulang strateginya dalam bentuk matriks menjadi bentuk yang diperluas.
Pada tahapan awal, SCM terlebih dahulu menyelaraskan kompetensi, kemampuan, dan komponen daya saing yang dimiliki saat ini dalam sebuah matriks. Setelah itu, SCM dapat memberikan perbandingan dengan ‘next-plan’; strategi yang diinginkan. Setiap perusahaan dapat menggunakan pendekatan ini untuk memposisikan diri secara strategis. Pada saat yang bersamaan, konsep ini juga dapat diterapkan untuk memetakan pesaing. Dengan demikian didapatkan perbedaan kompetitif yang jelas secara visual mengenai berbagai kekuatan, ekspansi, diversifikasi, dan posisi pada matriks.
SCM dapat membantu memetakan komponen dan daya saing perusahaan terutama ketika memetakan ekspansi bisnis, konsolidasi, perubahan arah bisnis, sampai kepada pembubaran.
Sumber Tulisan: Sustainability 2020, 12, 6026. Hamilton, John.